Suatu hari Soekarno (Presiden RI I, pada waktu itu belum menjadi Presiden) berkeliling mengayuh sepeda tanpa tujuan hingga tanpa disadarinya Soekarno sudah berada di wilayah Bandung Selatan, suatu daerah pertanian. Ditempat tersebut ia bertemu dengan salah seorang petani dan terjadilah percakapan antara Soekarno dan petani tersebut.
Soekarno : "Siapakah pemilik tanah yang kau garap ini?"
Petani : "saya juragan"
Soekarno : "Apakah engkau memiliki tanah ini bersama-sama dengan orang lain?"
Petani : "Oh, tidak gan! Saya memilikinya sendiri"
Soekarno : "Apakah kau membeli tanah ini?"
Petani : "Tidak, itu turun temurun diwariskan dari orangtua kepada anaknya"
Soekarno : "Bagaimana dengan sekopmu? Sekop ini kecil, tapi apakah ini milikmu juga?"
Petani : "Ya,Gan!"
Soekarno : "Dan cangkul itu? Bajak?"
Petani : "Ya gan,milik saya"
Soekarno : "Lalu hasilnya untuk siapa?"
Petani : "Untuk saya, gan"
Soekarno : "Apakah hasilnya cukup untuk kebutuhanmu?"
Petani : "(dia mengangkat bahu sebagai bentuk kekecewaan). Bagaimana mungkin sawah yang
begini sempit bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan seorang istri dan empat anak?"
begini sempit bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan seorang istri dan empat anak?"
Soekarno : "Apakah kau jual sebagian hasilnya itu?"
Petani : "Hasilnya hanya sekedar cukup untuk makan kami, tidak ada lebihnya untuk dijual"
Soekarno : "Apakah kau mempekerjakan orang lain?"
Petani : "Tidak,gan. Saya tidak mampu membayarnya"
Soekarno: "Apakah engkau pernah kerja pada orang lain?"
Petani : "Tidak,gan. Saya harus membanting tulang, tetapi jerih payah saya semua untuk diri saya"
Soekarno: "Siapa pemilik rumah itu? Sambil menunjuk pada sebuah gubuk kecil"
Petani : "Itu rumah saya gan, kecil tetapi milik saya sendiri"
Soekarno: "Jadi kalau begitu semua milikmu?"
Petani : "Ya gan"
Soekarno: Siapa namamu?"
Petani : "Marhaen"
Pada saat itu Soekarno seakan mendapatkan ilham dan menamai seluruh rakyat Indonesia yang bernasib malang seperti petani tersebut dengan nama Marhaen. Seorang Marhaen adalah orang yang memiliki alat-alat yang sedikit, orang kecil dengan milik kecil, dengan alat-alat kecil hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, tidak bekerja untuk orang lain dan juga tidak dipekerjakan orang lain. Marhaenisme adalah praktik sosialisme Indonesia, Marhaenisme adalah lambang dari penemuan kembali kepribadian bangsa Indonesia.
Dikutip dari buku: Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Media Pressindo, 2007
0 comments:
Post a Comment