Sebelum Nabi Muhammad Lahir
Di Mekah, bila seseorang memiliki kelebihan fisik, kekayaan, kepintaran, keturunanmaka dinisbatkanlah Suku kepadanya. Dari keturunan suku Zurhum dan Ismail as ada satu orang yang memiliki kelebihan,lebih menonjol dibandingkan yang lain bernama Fikhr. Karena kelebihannya tersebut ia pun diberi nama lain yaitu Quraisy, maka dinisbatkalanlah suku kepadanya yaitu Quraisy.
Di Mekah, bila seseorang memiliki kelebihan fisik, kekayaan, kepintaran, keturunanmaka dinisbatkanlah Suku kepadanya. Dari keturunan suku Zurhum dan Ismail as ada satu orang yang memiliki kelebihan,lebih menonjol dibandingkan yang lain bernama Fikhr. Karena kelebihannya tersebut ia pun diberi nama lain yaitu Quraisy, maka dinisbatkalanlah suku kepadanya yaitu Quraisy.
Salah satu keturunan dari Fikhir ini bernama Qusai bin Qilab.
Perlu diketahui awalnya Mekah dihuni oleh Suku Jurhum yang berasal dari Yaman hidup berdampingan bersama Hajar dan Ismail as. Sampai pada suatu waktu Nabi Ibrahim as diperintahkan oleh Allah untuk pergi keMekah. Pada waktu tiba di Mekah, Nabi Ibrahim as menemui Hajar dan Ismail as. Nabi Ibrahim kemudian diperintahkan Allah untuk membangun kabah bersama Ismail. Setelah selesai membangun kabah, Setelah selesai pembangunan Ka'bah tersebut,lalu Allah memerintahkan keduanya untuk menjaga Ka'bah dan Allah jualah yang mengajarkan thawaf di mulai dari Hajar Aswad, lalu shalat di belakang Maqom Ibrahim. Kemudian Ibrahim as diperintahkan untuk menyeru manusia untuk melaksanakan ibadah haji. Setelah seruan tersebut,tentu saja berbondong bondonglah manusia dari berbagai penjuru negeri datang ke Mekah dan yang mengatur urusan Haji tersebut adalah suku Jurhum. Hal ini berlangsung cukup lama sampai akhirnya Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as wafat.
Diluar Kota Mekah ada salah satu suku Arab yang bernama suku Khujaah, suku tersebut iri dengan majunya kota Mekah yang dikuasai oleh suku Jurhum. Maka muncul keinginan ingin menguasai Mekah sampai akhirnya terjadi peperangan antara suku Jurhum dan suku Khujaah. Peperangan tersebut dimenangkan oleh suku khujaah, tetapi sebelum suku Khujaah benar benar menguasai Mekah suku Jurhum menimbun air zamzam sehingga pada saat suku khujaah sudah memguasai Mekah, tidak memiliki air.
Suku khujaah dipimpin oleh Amru bin Luhay dan ialah orang pertama yang memasukan patung ke Mekah sehingga penduduk kota Mekah lambat laun meninggalkan agama Ibrahim as beralih ke penyembahan berhala. Suku Khujaah ini memerintah di Mekah kurang lebih lima ratus tahun. Suku Khujaah dan suku Jurhum pada akhirnya hidup berdampingan, berbaur satu sama lain walaupun yang berkuasa tetap berasal dari suku khujaah.
Qusai bin kilab yang berasal dari suku Jurhum seorang pekerja keras, ia terus memperbaiki kehidupan ekonominya sampai akhirnya ia pun kaya raya. Penguasa Mekah saat itu bernama Hulail yang berasal dari suku Khujaah memiliki seorang anak perempuan yang sangat cantik, Qusai memberanikan diri melamar anak perempuan Hulail. Lamaran tersebut diterima dan untuk pertama kali lamaran dari suku Jurhum diterima hingga keduanya akhirnya menikah. Sebagai menantu dari penguasa Mekah Qusai menunjukan yang terbaik membantu mertuanya semaksimal mungkin, sampai akhirnya mertuanya pun meninggal.
Setelah Luhai meninggal,Qusai bin kilab mengumumkan bahwa dirinyalah sebagai penguasa berikutnya. Tentu saja suku Khujaah menolak hingga akhirnya terjadilah perselisihan antara Khujaah dan Jurhum sampai terjadi perang dan memakan korban jiwa yang sangat banyak dari kedua belah pihak. Karena korbannya sudah sangat banyak akhirnya keduanya bersepakat untuk mencari penengah dalam menyelesaikan permasalahan ini. Apapun keputusan dari Yamur maka kedua belah pihak harus mentaatinya.
Yang menjadi penegah saat itu adalah Yamur bin Auf, tokoh yang dituakan pada saat itu. Yamur bertanya kepada Qusai tentang alasan ia ingin menjadi penguasa Mekah. Qusai memberikan alasan bahwa ia adalah keturunan dari Ismail as. Yamur akhirnya mengambil kepuutusan yang menjadi penguasa selanjutnya adalah Qusai bin kilab.
Waktu terus berjalan,singkat cerita Qusai menjadi penguasa Mekah. Hingga pada suatuhari Qusai merasa dirinya sudah tua dan lemah maka ia pun membuat surat wasiat yang isinya menunjuk pemngganti dirinya bila sudah tidak ada ( meninggal ) dunia. Diantara anak-anak Qusai ada dua orang yang terkenal,yang pertama Abu Daar, Abu Daar terkenal karena secara fisik ia lemah. Kedua adalah Abdul Manaaf. Anak yang sangat pintar dan memiliki banyak kelebihan dibandingkan Abu Daar. Dalam surat wasiat tersebut dijelaskan bila Qusai meninggal maka kepengurusan Haji, Kabah dan juga kepemimpinan selanjutnya di serahkan kepada Abu Daar. Maka akhirnya yang menjadi penguasa selanjutnya adalah Abu Daar.
Pada saat Abu Daar wafat,dan ketika keturunan Abu Daar akan menjadi penerusnya, keturunan dari Abdul Manaf menemtang keras. Terjadi perselisihan yang sangat hebat bahkan hampir terjadi perang saudara antara keturunan Abu Daar & Abu Manaf . Lalu mereka akhirnya membuat kesepakatan untuk mencari seorang hakim sebagai penengah atas permasalahan yang mereka alami. Keputusan hakim tersebut, keturunan Abu Daar mngurus Qiswah, Kabah dan Daarunadwa. Sedangkan Abd Manaf mengurus urusan haji.
Abd Manaf memiliki anak diantaranya bernama Hasyim. Hasyim menikah lalu memiliki anak yang bernama Syaibah. Karena ayahnya sudah meninggal maka Syaibah ikut dengan ibunya untuk tinggal di kampung ibunya. Suatu hari adik Hasyim yang bernama Muthalib datang ke perkampungan tempat Syaibah dan ibunya tinggal. Ia meminta agar Syaibah ikut bersamanya untuk tinggal di Kota Mekah, terlebih Syaibah masih keturunan Raja Mekah. Ibunya Syaibah bersikukuh agar Syaibah tetap tinggal bersamanya. Akhirnya keputusan akhir diserahkan pada Syaibah. Maka Syaibah pun memutuskan untuk ikut ke Mekah.
Mutholib dikenal oleh masyarakat Mekah suka membeli budak. Mutholib membawa Syaibah ke Mekah dengan menggunakan unta. Maka ketika Syaibah dibonceng oleh pamannya dan tiba di Mekah, orang- orang Mekah berkata Mutholib membeli budak lagi, itu ditungganngya Mutholib ada budak ( hambanya ) Mutholib yang dalam bahasa arab disebut Abdul Mutholib.
Abdul Mutholib memiliki putra yang bernama Haritz,pada saat Haritz masih bujang, Abdul Muthalib bermimpi, dalam mimpinya ada suara yang berkata galilah sesuatu yang baik. Hari kedua masih dengan mimpi yang sama, hari ketiga juga masih dengan mimpi ysng sama,lalu dalam mimpi itu Abdul Mutholib bertanya,sesuatu yang baik itu apa? Hari keempat baru muncul suara yang lebih jelas galilah Zamzam. Dalam mimpi Abdul Mutholib bertanya apa itu Zamzam? Lalu suara itu berkata sesuatu yang bersih dan tidakpernah rusak, engkau akan memberikan dengannya air untuk jemaah haji. Letak zamzam tersebut berada diantara darah,busa air yang bercampur dengan tanah dibawah patukannya burung gagak disekitar sarang semut.
Lalu Abdul Mutholib pun terbangun penasaran dengan mimpinya ia pun membawa cangkul menuju Kabah. Waktu Abdul Muthalib duduk disekitar kabah, memperhatikan keadaan disekelilingnya, ia melihat ada seseorang yang datang menyembelih sapi diantara Hajar Aswad dan Hijir Ismail. Waktu disembelih, darahnya mengucur dan berbusa terus mengalir sampai berada diantara patung Isap dan Nailah. Dari patung Isap darah itu mengalir turun ke lembah Mekah dan darah itu bercampur dengan tanah. Lalu Abdul Mutholib mendekati tempat tersebut, dan dia pun melihat burung gagak mematuk matuk dekat darah tersebut. Dan didaerah itu ada sarang semut dan disekitar sarang semut tersebut terdapat sebuah lubang. Abdul Mutholib berkata pada anaknya persiapkan cangkul kita gali tempat ini. Abdul Muthalib terus mencangkul sampai akhirnya si cangkul tersebut menyentuh bibir sumur ZamZam lalu keluarlah air lalu Abdul Muthalib pun teriak sambil.berkata AllahuAkbar. Orang - orang Quraisy pun datang dan berkata pada Abdul Mutholib, hey Abdul Muthalib air itu milik kita bersama. Abdul Mutholib tentu tak terima. Karena keduanya bersikukuh maka alhirnya diputuskan untum mencari hakim. Hakim yang dimaksud adalah seorang dukun dari Bani Saidah di Madinah. Mereka pun segera ke Madinah, tetapi tatkala sudah sampai diMadinah, dukun tersebut sedang pergi kesuatu tempat yang bernama Khaibar. Maka mereka pun sepakat untuk mengejar dukun tersebut.
Ditengah perjalanan menuju Khaibar, mereka kehabisan air. Kebingungan mulai melanda mereka, apabila perjalanan dilanjutkan mereka tidak tahu berapa lama lagi mereka akan sampai ke khaibar, karena tidak satupun dari mereka yang pernah ke khaibar sedangkan persediaan air sudahbhabis. Mau kembali lagi ke Madinah, juga tidak mungkin karena perjalanan yang sudah ditempuh sudah cukup jauh dan air pun sudah habis. Akhirnya mereka pun bermusyawarah dan mutuskan untuk menggali kuburan. Yang meninggal terlebih dahulu akan dikuburkan oleh kawannya yang masih hidup. Mereka sudah pesimis tidak ada air ditengah gurun pasir pasti mati. Abdul Muthalib tidak setuju dengan hasil keputusan tersebut, jangan menyerah, kita berusaha dulu untuk mendapatkan air. Abdul Muthalib segera bangkit dan menuju untanya kemudian ia menaikinya. Begitu untanya bergerak dari pijakan kaki unta tersebut keluar mata air, dan Abdul Muthalib turun dari untanya minum air tersebut ia berikan minum juga untuk untanya dan memanggil kawan - kawannya yang lain untuk meminum air dari mata air tersebut.
Teman-temannya berkata kepada Abdul Muthalib, Demi Allah sungguh yang telah memberikan air untuk mu disini adalah Allah, maka Dialah pula yang telah memberikan air zamzam kepadamu.
Akhirnya perselisihan tentang Air zamzam pun selesai,Abdul Muthalib dan orang-orang Quraisy kembali ke Mekah dan Abdul Muthalib dinobatkan sebagai pimpinan kepala - kepala suku yang ada di Mekah .
Setelah Abdul Muthalib menjadi pimpinan kepala-kepala suku Mekah, Ia mulai berpikir harus mempunyai keturunan yang banyak, ia pun lalu berazam bila memiliki anak laki-laki yang banyak jumlahnya sampai sepuluh orang maka ia akan menyembelih salahsatunya didepan Kabah dipersembahkan untuk Allah. Seiring waktu berjalan istrinya melahirkan anak hingga memiliki anak enam belas orang. Sepuluh orang anak laki -laki dan enam anak perempuan. Enam orang anak laki - laki meninggal sebelum kenabian dan empat orang laki- laki yang hidup sampai masa kenabian. Enam orang anak laki -laki yang hidup sebelum masa kenabian adalah, Haritz, Diror, Hijir, Muqodam,Zubair dan Abdullah. Empat orang yang hidup sampai masa kenabian adalah Hamzah,Abas, Abu Thalib, dan Abu Lahab . Enam orang perempuan yaitu, Sofiah, Ummu Hakim, Atiqah, umayamah, Armah dan Baar.
Abdul Muthalib datang kedukun di Mekah untuk menanyakan anak mana yang akan disembelih, lalu Abdul Muthalib meminta dukun untuk mengacak nama seluruh anaknya yang sudah ditulis diatas batu. Sampai tiga kali dukun tersebut mengacak batu - batu yang bertuliskan nama-nama anak Abdul Muthalib, nama yang keluar adalah Abdullah. Kemuadian akhirnya Abdullah dibawa kedepan Kabah diikat kaki dan tangannya kepalanya diletakan diatas batu hendak disembelih. Orang- orang Quraisy yang menyaksikan peristiwa tersebut bertanya pada Abdul Muthalib,apa yang kau lakukan? Kata Abdul Muthalib saya hendak melaksanakan nadzar. Mereka berkata kepada Abdul Muthalib, jangan kau lakukan wahai Abdul Muthalib kau adalah pimpinan kepala- kepala suku yang ada di Mekah, apa yang kau lakukan saat ini bisa diikuti oleh yang lain. Lebih baik kita berhukum saja, kita cari hakim untuk memutuskan perkara ini. Mereka pun segera menemui dukun Saidah di Madinah. Dukun tersebut bertanya berapa denda yang harus dikeluarkan bila orang Quraisy membunuh? Kata Abdul Muthalib 10 ekor unta. Lalu dukun itu menuliskan 10 ekor unta disebuah batu dan menuliskan nama Abdullah diatas batu yang lain. Lalu diacaklah kedua batu tersebut. Bila keluar nama Abdullah supaya Abdullah selamat maka batu pun ditambah ditulis 10 ekor unta terus seperti itu hingga sepuluh kali nama Abdullahlah yang muncul. Baru setelah itu duacak lagi keluarlah nama batu yang tulisannya unta sampai tigakali. Akhirnya Abdullah selamat dan Abdul muthalib menyembelih 100 ekor unta.
Nabi Muhammad saw pernah bersabda, aku adalah keturunan dari dua orang yang hampir disembelih. Nabi Ismail oleh ayahnya Ibrahim as dan Abdullah oleh ayahnya Abdul Muthalib.
Waktu terus berjalan,singkat cerita Qusai menjadi penguasa Mekah. Hingga pada suatuhari Qusai merasa dirinya sudah tua dan lemah maka ia pun membuat surat wasiat yang isinya menunjuk pemngganti dirinya bila sudah tidak ada ( meninggal ) dunia. Diantara anak-anak Qusai ada dua orang yang terkenal,yang pertama Abu Daar, Abu Daar terkenal karena secara fisik ia lemah. Kedua adalah Abdul Manaaf. Anak yang sangat pintar dan memiliki banyak kelebihan dibandingkan Abu Daar. Dalam surat wasiat tersebut dijelaskan bila Qusai meninggal maka kepengurusan Haji, Kabah dan juga kepemimpinan selanjutnya di serahkan kepada Abu Daar. Maka akhirnya yang menjadi penguasa selanjutnya adalah Abu Daar.
Pada saat Abu Daar wafat,dan ketika keturunan Abu Daar akan menjadi penerusnya, keturunan dari Abdul Manaf menemtang keras. Terjadi perselisihan yang sangat hebat bahkan hampir terjadi perang saudara antara keturunan Abu Daar & Abu Manaf . Lalu mereka akhirnya membuat kesepakatan untuk mencari seorang hakim sebagai penengah atas permasalahan yang mereka alami. Keputusan hakim tersebut, keturunan Abu Daar mngurus Qiswah, Kabah dan Daarunadwa. Sedangkan Abd Manaf mengurus urusan haji.
Abd Manaf memiliki anak diantaranya bernama Hasyim. Hasyim menikah lalu memiliki anak yang bernama Syaibah. Karena ayahnya sudah meninggal maka Syaibah ikut dengan ibunya untuk tinggal di kampung ibunya. Suatu hari adik Hasyim yang bernama Muthalib datang ke perkampungan tempat Syaibah dan ibunya tinggal. Ia meminta agar Syaibah ikut bersamanya untuk tinggal di Kota Mekah, terlebih Syaibah masih keturunan Raja Mekah. Ibunya Syaibah bersikukuh agar Syaibah tetap tinggal bersamanya. Akhirnya keputusan akhir diserahkan pada Syaibah. Maka Syaibah pun memutuskan untuk ikut ke Mekah.
Mutholib dikenal oleh masyarakat Mekah suka membeli budak. Mutholib membawa Syaibah ke Mekah dengan menggunakan unta. Maka ketika Syaibah dibonceng oleh pamannya dan tiba di Mekah, orang- orang Mekah berkata Mutholib membeli budak lagi, itu ditungganngya Mutholib ada budak ( hambanya ) Mutholib yang dalam bahasa arab disebut Abdul Mutholib.
Abdul Mutholib memiliki putra yang bernama Haritz,pada saat Haritz masih bujang, Abdul Muthalib bermimpi, dalam mimpinya ada suara yang berkata galilah sesuatu yang baik. Hari kedua masih dengan mimpi yang sama, hari ketiga juga masih dengan mimpi ysng sama,lalu dalam mimpi itu Abdul Mutholib bertanya,sesuatu yang baik itu apa? Hari keempat baru muncul suara yang lebih jelas galilah Zamzam. Dalam mimpi Abdul Mutholib bertanya apa itu Zamzam? Lalu suara itu berkata sesuatu yang bersih dan tidakpernah rusak, engkau akan memberikan dengannya air untuk jemaah haji. Letak zamzam tersebut berada diantara darah,busa air yang bercampur dengan tanah dibawah patukannya burung gagak disekitar sarang semut.
Lalu Abdul Mutholib pun terbangun penasaran dengan mimpinya ia pun membawa cangkul menuju Kabah. Waktu Abdul Muthalib duduk disekitar kabah, memperhatikan keadaan disekelilingnya, ia melihat ada seseorang yang datang menyembelih sapi diantara Hajar Aswad dan Hijir Ismail. Waktu disembelih, darahnya mengucur dan berbusa terus mengalir sampai berada diantara patung Isap dan Nailah. Dari patung Isap darah itu mengalir turun ke lembah Mekah dan darah itu bercampur dengan tanah. Lalu Abdul Mutholib mendekati tempat tersebut, dan dia pun melihat burung gagak mematuk matuk dekat darah tersebut. Dan didaerah itu ada sarang semut dan disekitar sarang semut tersebut terdapat sebuah lubang. Abdul Mutholib berkata pada anaknya persiapkan cangkul kita gali tempat ini. Abdul Muthalib terus mencangkul sampai akhirnya si cangkul tersebut menyentuh bibir sumur ZamZam lalu keluarlah air lalu Abdul Muthalib pun teriak sambil.berkata AllahuAkbar. Orang - orang Quraisy pun datang dan berkata pada Abdul Mutholib, hey Abdul Muthalib air itu milik kita bersama. Abdul Mutholib tentu tak terima. Karena keduanya bersikukuh maka alhirnya diputuskan untum mencari hakim. Hakim yang dimaksud adalah seorang dukun dari Bani Saidah di Madinah. Mereka pun segera ke Madinah, tetapi tatkala sudah sampai diMadinah, dukun tersebut sedang pergi kesuatu tempat yang bernama Khaibar. Maka mereka pun sepakat untuk mengejar dukun tersebut.
Ditengah perjalanan menuju Khaibar, mereka kehabisan air. Kebingungan mulai melanda mereka, apabila perjalanan dilanjutkan mereka tidak tahu berapa lama lagi mereka akan sampai ke khaibar, karena tidak satupun dari mereka yang pernah ke khaibar sedangkan persediaan air sudahbhabis. Mau kembali lagi ke Madinah, juga tidak mungkin karena perjalanan yang sudah ditempuh sudah cukup jauh dan air pun sudah habis. Akhirnya mereka pun bermusyawarah dan mutuskan untuk menggali kuburan. Yang meninggal terlebih dahulu akan dikuburkan oleh kawannya yang masih hidup. Mereka sudah pesimis tidak ada air ditengah gurun pasir pasti mati. Abdul Muthalib tidak setuju dengan hasil keputusan tersebut, jangan menyerah, kita berusaha dulu untuk mendapatkan air. Abdul Muthalib segera bangkit dan menuju untanya kemudian ia menaikinya. Begitu untanya bergerak dari pijakan kaki unta tersebut keluar mata air, dan Abdul Muthalib turun dari untanya minum air tersebut ia berikan minum juga untuk untanya dan memanggil kawan - kawannya yang lain untuk meminum air dari mata air tersebut.
Teman-temannya berkata kepada Abdul Muthalib, Demi Allah sungguh yang telah memberikan air untuk mu disini adalah Allah, maka Dialah pula yang telah memberikan air zamzam kepadamu.
Akhirnya perselisihan tentang Air zamzam pun selesai,Abdul Muthalib dan orang-orang Quraisy kembali ke Mekah dan Abdul Muthalib dinobatkan sebagai pimpinan kepala - kepala suku yang ada di Mekah .
Setelah Abdul Muthalib menjadi pimpinan kepala-kepala suku Mekah, Ia mulai berpikir harus mempunyai keturunan yang banyak, ia pun lalu berazam bila memiliki anak laki-laki yang banyak jumlahnya sampai sepuluh orang maka ia akan menyembelih salahsatunya didepan Kabah dipersembahkan untuk Allah. Seiring waktu berjalan istrinya melahirkan anak hingga memiliki anak enam belas orang. Sepuluh orang anak laki -laki dan enam anak perempuan. Enam orang anak laki - laki meninggal sebelum kenabian dan empat orang laki- laki yang hidup sampai masa kenabian. Enam orang anak laki -laki yang hidup sebelum masa kenabian adalah, Haritz, Diror, Hijir, Muqodam,Zubair dan Abdullah. Empat orang yang hidup sampai masa kenabian adalah Hamzah,Abas, Abu Thalib, dan Abu Lahab . Enam orang perempuan yaitu, Sofiah, Ummu Hakim, Atiqah, umayamah, Armah dan Baar.
Abdul Muthalib datang kedukun di Mekah untuk menanyakan anak mana yang akan disembelih, lalu Abdul Muthalib meminta dukun untuk mengacak nama seluruh anaknya yang sudah ditulis diatas batu. Sampai tiga kali dukun tersebut mengacak batu - batu yang bertuliskan nama-nama anak Abdul Muthalib, nama yang keluar adalah Abdullah. Kemuadian akhirnya Abdullah dibawa kedepan Kabah diikat kaki dan tangannya kepalanya diletakan diatas batu hendak disembelih. Orang- orang Quraisy yang menyaksikan peristiwa tersebut bertanya pada Abdul Muthalib,apa yang kau lakukan? Kata Abdul Muthalib saya hendak melaksanakan nadzar. Mereka berkata kepada Abdul Muthalib, jangan kau lakukan wahai Abdul Muthalib kau adalah pimpinan kepala- kepala suku yang ada di Mekah, apa yang kau lakukan saat ini bisa diikuti oleh yang lain. Lebih baik kita berhukum saja, kita cari hakim untuk memutuskan perkara ini. Mereka pun segera menemui dukun Saidah di Madinah. Dukun tersebut bertanya berapa denda yang harus dikeluarkan bila orang Quraisy membunuh? Kata Abdul Muthalib 10 ekor unta. Lalu dukun itu menuliskan 10 ekor unta disebuah batu dan menuliskan nama Abdullah diatas batu yang lain. Lalu diacaklah kedua batu tersebut. Bila keluar nama Abdullah supaya Abdullah selamat maka batu pun ditambah ditulis 10 ekor unta terus seperti itu hingga sepuluh kali nama Abdullahlah yang muncul. Baru setelah itu duacak lagi keluarlah nama batu yang tulisannya unta sampai tigakali. Akhirnya Abdullah selamat dan Abdul muthalib menyembelih 100 ekor unta.
Nabi Muhammad saw pernah bersabda, aku adalah keturunan dari dua orang yang hampir disembelih. Nabi Ismail oleh ayahnya Ibrahim as dan Abdullah oleh ayahnya Abdul Muthalib.